BANYUWANGI – Wanipedes.id – Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Ikrar ini memiliki makna tersendiri bagi barisan tani dan nelayan (BARISTAN) serta petani muda kabupaten Banyuwangi,tandas Noto Suwarno ( Ketua Umum ), Sumpah Pemuda dengan semangat membangun negara dari desa dan pertanian untuk mewujudkan Indonesia maju.
Seluruh Ketua Koordinator DPC BARISTAN se 25 Kecamatan Di Kabupaten Banyuwangi ini menuturkan jika pemuda-pemuda zaman dahulu memperjuangkan bangsa dengan berperang membela tanah air, tugas pemuda zaman sekarang bagaimana nasionalisme itu terbayar dengan gerakan nyata untuk kemajuan bangsa.
“BARISTAN memaknai sumpah pemuda sebagai usaha nyata generasi muda untuk bangsa. Ini diwujudkan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Tapi saya tegaskan Banyuwangi ini daerah agraris dan cocoknya bertani. Tapi banyak yang silau dengan gemerlap kota besar,” kata pria yang kerap disapa Noto ini, Senin (28/10/2024).
Noto menjelaskan, saat ini ia sedang menggalakkan generasi muda di daerahnya untuk mau bertani. Dalam hal bertani, ia memilih fokus pada tanaman buah naga ,jeruk,alpukat dan semangka. Karena sesuatu yang dimulai sejak muda akan menghasilkan sesuatu yang lebih besar dihari tua
Tidak hanya fokus budi daya Hortilultura, ia juga memikirkan usaha berkelanjutan yaitu agribisnis/pemasaran dan agroindustri/pengolahan hasil. Beberapa hasil olahan buah naga seperti salad, teh, roti, es krim sudah mulai dipasarkan ke masyarakat luas.
“Dalam Teks Sumpah Pemuda, kita banyak mendapatkan kobaran semangat pemuda untuk meraih kemerdekaan RI. Dalam konteks kekinian, makna sumpah pemuda ditampakkan dengan kemandirian ekonomi dan mengelola masyarakat sekitar,” ujarnya.
Saat ini aku Noto, ia sudah memiliki kemitraan kerja dengan Farmer Livelihood Development (FLD) NGO. Di Farmer Livelihood Development NGO, P.O. Box 1439, Phnom Penh, Kingdom of Cambodia dan India. Bahkan sejak didirikan BARISTAN , kini anggotanya sudah hampir mencapai angka 600 orang.
Noto menegaskan, generasi muda jangan takut bangkrut jika bertani. Sudah selayaknya generasi muda zaman now menjadi lokomotif pembangunan daerahnya masing-masing. Karena dalam pengamatannya, generasi muda sekarang lebih suka kerja di kantor, PNS, kerja pabrik dan partai politik. Walaupun gaji dan masa depannya suram.
Hal ini mengingat jumlah petani muda di Banyuwangi yang minim. Padahal menanam buah naga bisa bertahan sampai 20 tahun kedepan. Selama itu pula, petani hanya perlu merawat dan bisa bercocok tanam yang lain.
“Banyuwangi ini tanahnya subur, hampir ditanam apa saja tumbuh disini. Tetapi rata-rata yang jadi tani itu karena terpaksa dan sudah tua-tua. Jadi tidak ada inovasi baru,” pungkasnya.
Ini Makna Sumpah Pemuda Bagi Petani Muda BANYUWANGI
Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Ikrar ini memiliki makna tersendiri bagi barisan tani dan nelayan (BARISTAN) serta petani muda kabupaten Banyuwangi,tandas Noto Suwarno ( Ketua Umum ), Sumpah Pemuda dengan semangat membangun negara dari desa dan pertanian untuk mewujudkan Indonesia maju.
Seluruh Ketua Koordinator DPC BARISTAN se 25 Kecamatan Di Kabupaten Banyuwangi ini menuturkan jika pemuda-pemuda zaman dahulu memperjuangkan bangsa dengan berperang membela tanah air, tugas pemuda zaman sekarang bagaimana nasionalisme itu terbayar dengan gerakan nyata untuk kemajuan bangsa.
“BARISTAN memaknai sumpah pemuda sebagai usaha nyata generasi muda untuk bangsa. Ini diwujudkan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Tapi saya tegaskan Banyuwangi ini daerah agraris dan cocoknya bertani. Tapi banyak yang silau dengan gemerlap kota besar,” kata pria yang kerap disapa Noto ini, Senin (28/10/2024).
Noto menjelaskan, saat ini ia sedang menggalakkan generasi muda di daerahnya untuk mau bertani. Dalam hal bertani, ia memilih fokus pada tanaman buah naga ,jeruk,alpukat dan semangka. Karena sesuatu yang dimulai sejak muda akan menghasilkan sesuatu yang lebih besar dihari tua
Tidak hanya fokus budi daya Hortilultura, ia juga memikirkan usaha berkelanjutan yaitu agribisnis/pemasaran dan agroindustri/pengolahan hasil. Beberapa hasil olahan buah naga seperti salad, teh, roti, es krim sudah mulai dipasarkan ke masyarakat luas.
“Dalam Teks Sumpah Pemuda, kita banyak mendapatkan kobaran semangat pemuda untuk meraih kemerdekaan RI. Dalam konteks kekinian, makna sumpah pemuda ditampakkan dengan kemandirian ekonomi dan mengelola masyarakat sekitar,” ujarnya.
Saat ini aku Noto, ia sudah memiliki kemitraan kerja dengan Farmer Livelihood Development (FLD) NGO. Di Farmer Livelihood Development NGO, P.O. Box 1439, Phnom Penh, Kingdom of Cambodia dan India. Bahkan sejak didirikan BARISTAN , kini anggotanya sudah hampir mencapai angka 600 orang.
Noto menegaskan, generasi muda jangan takut bangkrut jika bertani. Sudah selayaknya generasi muda zaman now menjadi lokomotif pembangunan daerahnya masing-masing. Karena dalam pengamatannya, generasi muda sekarang lebih suka kerja di kantor, PNS, kerja pabrik dan partai politik. Walaupun gaji dan masa depannya suram.
Hal ini mengingat jumlah petani muda di Banyuwangi yang minim. Padahal menanam buah naga bisa bertahan sampai 20 tahun kedepan. Selama itu pula, petani hanya perlu merawat dan bisa bercocok tanam yang lain.
“Banyuwangi ini tanahnya subur, hampir ditanam apa saja tumbuh disini. Tetapi rata-rata yang jadi tani itu karena terpaksa dan sudah tua-tua. Jadi tidak ada inovasi baru,” pungkasnya.
Ini Makna Sumpah Pemuda Bagi Petani Muda BANYUWANGI
Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Ikrar ini memiliki makna tersendiri bagi barisan tani dan nelayan (BARISTAN) serta petani muda kabupaten Banyuwangi,tandas Noto Suwarno ( Ketua Umum ), Sumpah Pemuda dengan semangat membangun negara dari desa dan pertanian untuk mewujudkan Indonesia maju.
Seluruh Ketua Koordinator DPC BARISTAN se 25 Kecamatan Di Kabupaten Banyuwangi ini menuturkan jika pemuda-pemuda zaman dahulu memperjuangkan bangsa dengan berperang membela tanah air, tugas pemuda zaman sekarang bagaimana nasionalisme itu terbayar dengan gerakan nyata untuk kemajuan bangsa.
“BARISTAN memaknai sumpah pemuda sebagai usaha nyata generasi muda untuk bangsa. Ini diwujudkan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Tapi saya tegaskan Banyuwangi ini daerah agraris dan cocoknya bertani. Tapi banyak yang silau dengan gemerlap kota besar,” kata pria yang kerap disapa Noto ini, Senin (28/10/2024).
Noto menjelaskan, saat ini ia sedang menggalakkan generasi muda di daerahnya untuk mau bertani. Dalam hal bertani, ia memilih fokus pada tanaman buah naga ,jeruk,alpukat dan semangka. Karena sesuatu yang dimulai sejak muda akan menghasilkan sesuatu yang lebih besar dihari tua
Tidak hanya fokus budi daya Hortilultura, ia juga memikirkan usaha berkelanjutan yaitu agribisnis/pemasaran dan agroindustri/pengolahan hasil. Beberapa hasil olahan buah naga seperti salad, teh, roti, es krim sudah mulai dipasarkan ke masyarakat luas.
“Dalam Teks Sumpah Pemuda, kita banyak mendapatkan kobaran semangat pemuda untuk meraih kemerdekaan RI. Dalam konteks kekinian, makna sumpah pemuda ditampakkan dengan kemandirian ekonomi dan mengelola masyarakat sekitar,” ujarnya.
Saat ini aku Noto, ia sudah memiliki kemitraan kerja dengan Farmer Livelihood Development (FLD) NGO. Di Farmer Livelihood Development NGO, P.O. Box 1439, Phnom Penh, Kingdom of Cambodia dan India. Bahkan sejak didirikan BARISTAN , kini anggotanya sudah hampir mencapai angka 600 orang.
Noto menegaskan, generasi muda jangan takut bangkrut jika bertani. Sudah selayaknya generasi muda zaman now menjadi lokomotif pembangunan daerahnya masing-masing. Karena dalam pengamatannya, generasi muda sekarang lebih suka kerja di kantor, PNS, kerja pabrik dan partai politik. Walaupun gaji dan masa depannya suram.
Hal ini mengingat jumlah petani muda di Banyuwangi yang minim. Padahal menanam buah naga bisa bertahan sampai 20 tahun kedepan. Selama itu pula, petani hanya perlu merawat dan bisa bercocok tanam yang lain.
“Banyuwangi ini tanahnya subur, hampir ditanam apa saja tumbuh disini. Tetapi rata-rata yang jadi tani itu karena terpaksa dan sudah tua-tua. Jadi tidak ada inovasi baru,” pungkasnya.